Perkembangan ilmuwan Amerika dari University of Michigan memungkinkan kita untuk memprediksi hasil dengan menganalisis RNA kecambah jagung.
Teknologi baru menunjukkan hasil yang lebih akurat daripada analisis genetik tanaman tradisional.
Para ilmuwan mempelajari DNA dan RNA tanaman dan mampu membangun hubungan sebab akibat. Sekarang, setelah menganalisis RNA, mereka dapat melengkapi analisis DNA dengan data baru dan menyediakan intensitas berbunga dan potensi produktivitas tanaman.
Seperti yang dijelaskan oleh para peneliti, mereka berhasil mencapai akurasi yang diberikan analisis DNA. Dan sekarang mereka dapat memprediksi siklus hidup tanaman, mengeksplorasi potensi hasil tanpa menghabiskan berbulan-bulan dan bertahun-tahun, seperti halnya dengan metodologi pemuliaan tanaman tradisional.
Telinga jagung selalu mengandung jumlah biji yang genap, biasanya sekitar 1.000.
Prestasi tersebut dikomentari oleh Shinhan Shiu, seorang profesor botani dan matematika komparatif di University of Michigan. Dia telah lama mempraktikkan metode perbandingan dalam penelitian biologi.
Bersama dengan rekan-rekannya, ia menemukan bahwa analisis RNA melengkapi DNA dengan data unik tentang potensi tanaman, sehingga metode ini inovatif dan menjanjikan, kata Shinhan Shiu.
Berkat metode baru ini, para ilmuwan dapat mengidentifikasi 5 gen yang memiliki pengaruh besar pada waktu berbunga, sedangkan metode tradisional hanya memungkinkan untuk membuat 1 dari 14 gen. Karena itu, sekarang ramalan dapat menjadi lebih akurat dan efektif.
- Zimbabwe setelah kekeringan sedang mencoba untuk mengekang kenaikan harga jagung.
- MMTC India untuk ketujuh kalinya menunda tender untuk pembelian jagung.
- Taiwan dalam keadaan "siaga tinggi" setelah ditemukannya cacing tentara berwarna jagung.
- Orang Cina akan menanam kedelai super dan jagung super di bawah Saratov yang cerah.
- India sekali lagi menunda tender untuk membeli jagung.