Army Worm (Army worm Spodoptera frugipeda), ulat yang berukuran hampir empat sentimeter, mendapatkan namanya karena warna hijau kotor dan kebiasaan menyerang ladang dengan kolom panjang hingga satu kilometer, yang mampu terbang lebih dari 100 km dalam satu malam. Lebih suka jagung, tetapi dapat menyerang 80 tanaman, termasuk beras dan tebu.
Hama itu dengan cepat menyebar ke seluruh Asia. Pada akhir tahun lalu, ditemukan di India Selatan, dan pada akhir Februari terdaftar di 10 dari 29 negara bagian negara.
Selanjutnya korbannya adalah ladang Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Indonesia dan Taiwan. Di Taiwan, hama ditemukan di lebih dari 50 dari 76 provinsi.
Dalam beberapa bulan terakhir, hama ini telah ditemukan di 18 dari 33 provinsi dan wilayah Cina, dan saat ini mengancam akan menyebar di wilayah jagung utama di timur laut negara itu.
"Ini adalah masalah serius bagi tanaman dan bisa menjadi ancaman bagi ketahanan pangan," kata Fin Siebell, ekonom agribisnis di National Australian Bank.
Margeon Fredricks, Spesialis Pertanian, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), mengatakan bahwa beberapa negara melaporkan kerusakan tanaman yang terkena hama, mulai dari 1,2% hingga 10%, sementara di negara lain indikator ini dari 20% hingga 40%.
Menurut FAO, hama ini, yang telah dikenal di Amerika selama hampir 200 tahun, pertama kali terdaftar di Afrika pada tahun 2016 dan sejak itu menyebar ke seluruh benua.